Senin, 18 Maret 2013


Wahai Kaum Muslimin Ajarilah Anak Kalian Sholat !!! (1)

 
 
 
 
 
 
Rate This

nasehatDari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya dia berkata, Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka bila pada usia sepuluh tahun tidak mengerjakan shalat, serta pisahkanlah mereka di tempat tidurnya.” (HR. Abu Dawud dengan sanad hasan).
Sesungguhnya anak-anak kita adalah amanat dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala , dan tentunya kita menginginkan mereka menjadi anak yang shalih, dan mendapatkan taufiq dari Allah dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Kita semua adalah teladan bagi anak-anak kita, dan ingatlah sabda Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi Wa Sallam, “Apabila manusia meninggal maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal: dan beliau menyebutkan diantaranya adalah anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim).
Maka hendaklah yang menjadi tujuan kita adalah keshalihan anak-anak kita.
Shalat adalah cahaya
Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Dan dijadikan penyejuk pandanganku dalam shalat.” (HR. at-Thabrani, dishahihkan oleh al-Albani).
Beliau juga menjelaskan bahwa puncak segala hal adalah Islam dan tiangnya adalah shalat, dan bahwasanya shalat merupakan amalan yang pertama dihisab pada hari Kiamat dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan shalat.
Bagaimana membiasakan anak untuk shalat
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, artinya, “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS. Thaha: 132).
Telah kita ketahui bersama kedudukan shalat dalam Islam, oleh sebab itu wajib atas kita semua mengetahui bahwa membiasakan anak shalat adalah tujuan hidup dalam pendidikan keimanan anak-anak. Dan kami ingatkan bahwa masa kanak-kanak bukanlah masa taklif (pembebanan syari’at), akan tetapi itu adalah masa persiapan, pelatihan dan pembiasaan untuk sampai kepada masa taklif ketika mereka sampai pada usia baligh, sehingga mudah bagi mereka untuk menunaikan kewajiban-kewajiban agama mereka.
Tahapan-tahapan pengajaran shalat.
A.Tahapan pemberian semangat dan motivasi anak untuk shalat
Sesungguhnya awal perkembangan kecerdasan anak dimulai dari perintah kedua orang tua kepada anaknya untuk mengerjakan shalat bersama mereka. Dan hendaklah kita ketahui bersama bahwa anak-anak terkadang lewat dihadapan orang yang shalat, dan terkadang duduk dan menangis. Dan tidak mengapa bagi bapak atau ibu untuk membawa anaknya ketika shalat di masjid, ketika khawatir dengan kondisi anaknya, lebih-lebih kalau di rumahnya tidak ada orang yang menjaganya. Dan jangan menghardik anak ketika dia melakukan hal-hal di atas semasa mereka masih kanak-kanak.
B.Tahapan sebelum tujuh tahun
Mengajari anak sebagian hukum-hukum thaharah (bersuci), seperti pentingnya menjaga diri dari najis seperti kencing dan selainnya, mengajari tata cara bersuci dan adab-adab buang hajat, mengajari pentingnya menjaga kebersihan diri dan pakaiannya serta menjelaskan keterkaitan thaharah (kebersihan) dengan shalat.
Mengajari anak surat al-Fatihah dan beberapa surat pendek sebagai persiapan untuk shalat. Mengajari mereka wudhu dan melatih mereka untuk mempraktikkannya, sebagaimana yang dilakukan oleh para Shahabat Radhiyallohu ‘Anhum terhadap anak-anak mereka
Sebelum umur tujuh tahun kita mulai mengajarinya shalat dan memotivasinya untuk shalat fardu satu atau dua kali dalam sehari, dan pada tahap ini (di bawah tujuh tahun) kita tidak meminta dia untuk shalat lima waktu secara sekaligus.
Hendaknya kita mengingat pentingnya mendampingi anak-anak di saat mereka shalat jum’at setelah kita mengajari mereka adab-adab masjid, sehingga mereka terbiasa menunaikan syi’ar ini (shalat jum’at) dan dia merasakan permulaan masuk dan bergabungnya dengan masyarakat.
C.Tahapan antara tujuh tahun hingga sepuluh tahun.
Di dalam hadits Nabi Shallallohu ‘Alaihi Wa Sallam, “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka bila pada usia sepuluh tahun tidak mengerjakan shalat, serta pisahkanlah mereka di tempat tidurnya.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang hasan).
Hendaklah anak-anak mempelajari hadits ini, dan dia sekarang berada pada tahapan pembiasan diri untuk shalat. Oleh sebab itu, sebagian pendidik menasihatkan agar pada hari masuknya seorang anak pada usia 7 tahun ada sebuah peristiwa yang istimewa dalam hidupnya agar dia mengingat bahwa dia sudah berada pada umur tersebut.
Nabi Shallallohu ‘Alaihi Wa Sallam telah mengkhususkan 3 tahun berturut-turut untuk menanamkan shalat pada jiwa-jiwa anak-anak. Dan kita mengulang-ulang permintaan shalat dari anak-anak kita dengan halus, lemah-lembut dan kecintaan. Dan dengan metode perhitungan kita mendapati bahwa jumlah pengulangan selama periode ini lebih dari 5000 kali dalam kurun waktu tiga tahun. Maksudnya, bahwa kedua orang tua mengingatkan anak-anaknya dan mengajaknya shalat, dan ini menjelaskan kepada kita arti penting pengulangan dalam praktik pendidikan dengan pengulangan yang disertai dengan wajah yang berseri-seri dan bagusnya lafazh. Dan setiap kebaikan bisa didapatkan dengan kebiasaan (membiasakannya).
Dan selama masa-masa ini seorang anak belajar hukum-hukum dan tata cara bersuci Nabi Shallallohu ‘Alaihi Wa Sallam, beberapa do’a khusus yang berkaitan dengan shalat.
D. Tahapan perintah shalat dan pukulan apabila meninggalkannya.
Dan merupakan hal yang sangat urgen adalah kita selalu mengulang-ulang –pada masa tujuh tahun- di telinga anak sabda Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi Wa Sallam yang memberikan batasan hukuman pukulan setelah umur 10 tahun, sebagai peringatan agar tidak menyepelekan shalat. Lalu apabila dia tetap meninggalkan shalat, maka harus diberi hukuman dengan pukulan. Akan tetapi, pukulan dibenarkan apabila sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi Wa Sallam kepada kita.
Apabila seorang anak tumbuh dalam lingkungan yang baik, dan orang tuanya perhatian terhadap hal yang telah disebutkan di atas, dan keduanya menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam menjaga shalat, maka sangat sulit bagi anak untuk tidak terikat dengan shalat dan dia akan konsisiten dengan shalatnya, lebih-lebih hal itu disertai dengan dorongan materi dan maknawi.
Dan pada periode ini (setelah umur 10 tahun) wajib atas kedua orang tua dan siapa saja yang berke-cimpung di dunia pendidikan anak
untuk mengajari mereka hukum-hukum shalat jama’ah, shalat sunnah, shalat Witir, dan dahulu Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi Wa Sallam mengajari Anas bin Malik Radhiyallohu ‘Anhu shalat Istikharah sekalipun Anas bin Malik Radhiyallohu ‘Anhu masih kecil.
Sebagaimana juga untuk memperhatikan shalat Fajr (shubuh) dan Isya’ pada periode ini, dan membiasakan mereka untuk menjaga semua shalat fardhu apapun alasannya, khususnya di hari-hari ujian sekolah. Apabila mereka ketinggalan shalat karena lupa, maka hendaknya mereka shalat ketika mengingatnya, dan apabila ketinggalan shalat karena malas, hendaklah kita mengajari mereka agar bersegera bertaubat dan beramal shalih seperti sedekah dari uang sakunya dan amalan-amalan shalih yang lain, semoga dengan demikian Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengampuninya.
Dan kami ingatkan akan pentingnya kesepakatan kedua orang tua untuk menempuh langkah-langkah yang telah disebutkan di atas, dan untuk saling tolong-menolong agar menjadi teladan bagi anak-anaknya pada setiap perbuatannya. Dan hendaklah setiap orang tua memperbanyak do’a, “Wahai Rabb, jadikanlah aku dan keturunanku orang-orang yang menegakkan shalat, wahai Rabb kami kabulkanlah do’a (kami).” Dan do’a, “Wahai Rabb kami, karuniakanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Abu Yusuf Sujono).
Sumber: Disarikan dari makalah berjudul “Muru Auladakum bi ash-Shalah…” dihttp://www.addarb.com/vb/t6632.html dan terjemahan Bahjatun Nazhirin Syarah Riyadhush Shalihin. dari http://www.alsofwah.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar